ANALISIS KONTRASTIF ONOMATOPE DALAM BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA INDONESIA : kajian sematik terhadap onomatope yang merujuk suara Hewan dan Manusia
Di dalam bahasa Jepang terdapat onomatope yang merupakan tiruan bunyi benda mati, suara makhluk hidup, dan tiruan bunyi yang menggambarkan keadaan. Di dalam bahasa Jepang, tiruan suara manusia dan hewan disebut giseigo. Giseigo merupakan kosakata yang dipakai dalam percakapan sehari-hari maupun dala...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2011-10-28.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Di dalam bahasa Jepang terdapat onomatope yang merupakan tiruan bunyi benda mati, suara makhluk hidup, dan tiruan bunyi yang menggambarkan keadaan. Di dalam bahasa Jepang, tiruan suara manusia dan hewan disebut giseigo. Giseigo merupakan kosakata yang dipakai dalam percakapan sehari-hari maupun dalam berbagai media seperti komik, majalah dan sebagainya. Walau pun kata-kata giseigo singkat tapi kuat dalam penggambaran sehingga mengesankan sesuatu lebih hidup. Di dalam bahasa Indonesia pun terdapat kata-kata tiruan suara manusia dan hewan yang termasuk ke dalam onomatope. Istilah onomatope itu sendiri dimulai pada abad ke 19, ahli bahasa yang mengemukakannya adalah J.G Herder. Teori onomatope ini disebut juga teori ekoik atau teori bow-bow. Teori ini mengatakan bahwa objek-objek diberi nama sesuai dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh objek-objek itu sendiri. Objek-objek yang dimaksud adalah bunyi-bunyi binatang atau peristiwa alam. Manusia yang berusaha meniru bunyi anjing, bunyi ayam, desis angin, debur gelombang, dan sebagainya akan menyebut objek atau perbuatannya dengan bunyi-bunyi itu. Dengan cara ini terciptalah kata-kata dalam bahasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik, makna, persamaan dan perbedaan onomatope yang menunjukkan suara hewan dan manusia dalam bahasa Jepang dengan dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, dengan memakai pendekatan kontrastif. Data mengenai onomatope dalam bahasa Jepang diambil dari Kamus Gionggo Gitaigo dan onomatope dalam bahasa Indonesia diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selanjutnya data itu dipadankan, dianalisis, dan diinterpretasikan. Dari hasil analisis di atas akan dapat disimpulkan bahwa dari 42 pasang sampel onomatope bahasa Jepang tidak setiap makna mempunyai padanan yang tepat dalam onomatope bahasa Indonesia. Karakteristik onomatope dalam bahasa Jepang yaitu terdiri dari satu atau dua mora serta terdapat pengulangan kata. Sedangkan karakteristik onomatope dalam bahasa Indonesia yaitu kata diawali dengan suku kata de-, ce-, le-, ci. ke-, ge-, ko-, kecuali tiga kata yang diawali vokal yaitu uek, uik, dan isak. Ada pun persamaan onomatope kedua bahasa adalah menunjukkan suara yang ditimbulkan oleh manusia dan hewan serta menunjukkan sumber suara yang sama. Lalu untuk perbedaannya, onomatope bahasa Indonesia kebanyakan mempunyai makna lebih dari satu, onomatope bahasa Jepang kebanyakan menunjukkan suara yang berkelanjutan, onomatope bahasa Indonesia kebanyakan menunjukkan suara yang keras atau kuat. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/98294/1/s_jep_0706133_chapter1.pdf http://repository.upi.edu/98294/2/s_jep_0706133_chapter2.pdf http://repository.upi.edu/98294/3/s_jep_0706133_chapter3.pdf http://repository.upi.edu/98294/4/s_jep_0706133_chapter4.pdf http://repository.upi.edu/98294/5/s_jep_0706133_chapter5.pdf http://repository.upi.edu/98294/6/s_jep_0706133_bibliography.pdf |