HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN FREKUENSI BABY LED WEANING DENGAN STATUS GIZI (BB/U) PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWABUNTU KOTA TANGERANG SELATAN
Prevalensi status gizi anak dengan berat badan kurang untuk wilayah Kota Tangerang Selatan sebesar 12,0% dengan 8,9% gizi kurang dan 3,1% gizi buruk. Status gizi pada anak sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan. Usia anak mulai dari 6-24 bulan (baduta) disebut juga sebagai periode emas sekaligus...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2019-07-09.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Prevalensi status gizi anak dengan berat badan kurang untuk wilayah Kota Tangerang Selatan sebesar 12,0% dengan 8,9% gizi kurang dan 3,1% gizi buruk. Status gizi pada anak sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan. Usia anak mulai dari 6-24 bulan (baduta) disebut juga sebagai periode emas sekaligus kritis sehingga pada usia tersebut perlu diperhatikan bagaimana keadaan status gizinya. Asupan zat gizi makro yang diberikan memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan. Pemberian MP-ASI dengan menggunakan Baby Led Weaning (BLW) merupakan metode dengan membiarkan bayi memilih sendiri dalam mengkonsumsi makanan (baby-led = dipimpin oleh bayi). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro dan frekuensi baby led weaning dengan status gizi (BB/U) pada baduta usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawabuntu Kota Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan sampel sebanyak 72 responden. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari formulir modifikasi Food Recall 3s24 hours. Analisis hubungan yang dilakukan menggunakan Uji Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi BLW (p=0,000) dengan status gizi (BB/U). Semakin sering ibu melakukan pemberian makanan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan akan meningkatkan berat badan dengan umur yang sesuai pada baduta. Untuk itu disarankan agar Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dapat membuat program mengenai tata cara pemberian makan kepada baduta sehingga para ibu dapat memahami pemberian makanan berkualitas serta kuantitas yang cukup sesuai dengan kebutuhan baduta. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upnvj.ac.id/2137/1/AWAL.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/2/ABSTRAK.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/3/BAB%20I.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/4/BAB%20II.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/5/BAB%20III.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/6/BAB%20IV.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/7/BAB%20V.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/8/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/9/RIWAYAT%20HIDUP.pdf http://repository.upnvj.ac.id/2137/10/LAMPIRAN.pdf |