PENGAWASAN KELAIKAN ALAT KESELAMATAN EPIRB PADA KAPAL NEGARA KENAVIGASIAN

• Main Author: Ahmad Ridho Gazalba, - (Author)
• Format: Book
• Published: 2013-10-20.
• Subjects: Thesis; NonPeerReviewed
• Online Access: Link Metadata
• Notes: http://repository.upnvj.ac.id/3368/1/AWAL.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/2/ABSTRAK.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/3/BAB%20I.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/4/BAB%20II.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/5/BAB%20III.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/6/BAB%20IV.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/7/BAB%20V.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/9/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/11/RIWAYAT%20HIDUP.pdf; http://repository.upnvj.ac.id/3368/10/LAMPIRAN.pdf
• Keywords: TA Engineering (General). Civil engineering (General)

EPIRB sebagai salah satu alat keselamatan yang wajib ada pada sebuah kapal dengan tonase diatas GT. 350 yang memiliki fungsi sebagai pemancar sinyal untuk memberikan posisi pada satelit mengenai keberadaan sebuah kapal apabila mengalami kecelakaan atau tenggelam. Seperti halnya alat-alat keselamatan lainnya epirb haruslah memenuhi persyaratan kelaikan melalui sebuah sertifikat dengan pemeriksaan dan pengujian terlebih dahulu dan berkala dari sebuah instansi atau badan swasta yang memeiliki kewenangan atas pemeriksaan serta pengujian atas alat tersebut. Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran sebagai instansi pemerintah dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang salah satu tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pemeriksaan dan pengujian secara berkala atas kelaikan dari alat keselamatan EPIRB yang dimiliki oleh kapal-kapal kenavigasian milik negara, menunjuk pegawainya yang sesuai bidangnya untuk melakukan pemeriksaan atas kapal-kapal milik distrik navigasi se-Indonesia untuk mengetahui akan kelaiakan atas alat tersebut diatas dikarenakan kapal-kapal negara diharapkan dapat menjadi tolak ukur dan barometer dari kelaikan atas kapal-kapal berbendera Indonesia, karena tidak layak menjadi konsumsi publik apabila kapal-kapal negara lebih banyak terjadi kecelakaan karena kapal-kapalnya dianggap tidak laiklaut. Semua itu dalam rangka untuk mencapai slogan serta motto yang dikumandangkan Kementerian Perhubungan "Menuju Zero Accident"