Representasi Kuasa Patriarki atas Seksualitas pada Lagu Dangdut (Studi Semiotika Representasi Kuasa Patriarki atas Seksualitas pada Lagu Dangdut Belah Duren, Jupe Paling Suka 69, dan Please Call Me)

Musik dangdut sebagai salah satu jenis musik yang banyak digemari oleh sebagaian besar masyarakat Indonesia memiliki peran dalam membentuk representasi akan kehidupan sosial yang kita jalankan sehari-hari. Musik dangdut Julia Perez seperti "Belah Duren", Jupe Paling Suka 69", dan &quo...

Ful tanımlama

Kaydedildi:
Detaylı Bibliyografya
Asıl Yazarlar: Indrajaya, Liston (Yazar), , Fajar Junaedi, M.Si (Yazar), , Rinasari Kusuma, M. I. (Yazar)
Materyal Türü: Kitap
Baskı/Yayın Bilgisi: 2013.
Konular:
Online Erişim:Connect to this object online
Etiketler: Etiketle
Etiket eklenmemiş, İlk siz ekleyin!
Diğer Bilgiler
Özet:Musik dangdut sebagai salah satu jenis musik yang banyak digemari oleh sebagaian besar masyarakat Indonesia memiliki peran dalam membentuk representasi akan kehidupan sosial yang kita jalankan sehari-hari. Musik dangdut Julia Perez seperti "Belah Duren", Jupe Paling Suka 69", dan "Please Call Me" merupakan musik dangdut yang terdapat suatu representasi kuasa patriarki atas seksualitas dari lirik dan video klip yang ditampilkan. Metode yang digunakan untuk menganalisis representasi seksualitas yang terdapat pada musik dangdut Julia Perez tersebut adalah menggunakan metode semiotika Roland Barthes, dimana untuk mencari makna menggunakan denotasi yang merupakan signifikasi tahap pertama, konotasi yang merupakan signifikasi tahap kedua, dan mitos yang digunakan untuk mendukung makna yang ada. Studi semiotik digunakan untuk menganalisis tanda yang terdapat pada lirik dan video klip musik dangdut tersebut. Pembahasan pada penelitian ini mengkategorikan kuasa patriarki yang terdapat pada musik dangdut Julia Perez menjadi empat bagian yakni berupa tubuh ideal perempuan, perempuan sebagai penggoda laki-laki, relasi antara laki-laki dan perempuan dan perempuan sebagai objek pandang laki-laki. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini menunjukkan bahwa kuasa patriarki atas seksualitas memang terdapat pada musik dangdut Julia Perez. Musik dangdut yang dibawakannya digunakan sebagai sarana komoditi bisnis dunia permusikan agar penikmatnya lebih banyak dengan memanfaatkan tubuh perempuan dan citranya sebagai makhluk yang enak dipandang. Perempuan dipandang sebagai makhluk yang lemah dan dipandang hanya sebagai pemuas nafsu belaka.
Diğer Bilgileri:https://eprints.ums.ac.id/22939/11/02._NASKAH_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf
https://eprints.ums.ac.id/22939/1/03._COVER.pdf
https://eprints.ums.ac.id/22939/2/04._BAB_I_.pdf
https://eprints.ums.ac.id/22939/4/05._BAB_II.pdf
https://eprints.ums.ac.id/22939/5/06._BAB_III.pdf
https://eprints.ums.ac.id/22939/6/07._BAB_IV.pdf
https://eprints.ums.ac.id/22939/9/08._BAB_V.pdf
https://eprints.ums.ac.id/22939/10/09._DAFTAR_PUSTAKA.pdf